Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net
Ogenki desu ka ?

Ni Hao!


Hi! Ogenki desu ka? Ismi Della. Douzo yoroshiku onegaishimasu!

This is my blog. Absolutely, you know that! Sesuai judulnya, blog ini hanya sebagian dari keisengan saya dalam memanfaatkan waktu senggang. Silahkan jelajahi, atau klik tanda "X" di pojok kanan atas, terserah Anda!
Hope you like this! And if you don't, just leave this page, then don't give me a flame!

Fine, no more talking! Just enjoy yourself!

Naruto,Naruto vs Sasuke,Sasuke,Gif

Untitled

Dia selalu memintaku untuk berpikir realistis.

Selalu kalimat “biarkan semua mengalir dengan sendirinya,” setiap kuajak dia bermimpi mengarungi bintang-bintang.

Dia bungkam jika kuucapkan kalimat “apa kau masih mencintaiku?”

Gusar wajahnya, seraya berkata “apa tidak ada pertanyaan lain?”

Ya, tak ada yang lain selagi pertanyaan itu belum sanggup kau jawab.

Dan hingga detik ini, bahkan mungkin hingga saat wajahku tak dapat ia sentuh lagi, dia takkan mampu menjawabnya.

Aku tak pernah mengerti apakah lidahnya terlalu kelu untuk mengucapkannya, ataukah…

hatinya yang terlalu kelu untuk mencintaiku.

Ah, aku hampir lupa dengan pernyataan guruku saat itu :

“Unheard melody is sweeter.”

Cinta tak mesti disampaikan lewat lisan atau kata-kata,

tetapi bagaimana membuat orang yang dicintai dapat merasakan cinta kita,

itu jauh lebih indah dibanding menghadiahkan alam semesta sekalipun.

Berkali-kali kupaksa nalarku untuk paham akan hal itu,

berkali-kali pula aku kembali harus berbenturan dengan kenyataan.

Dan tak ada yang pernah bilang kalau benturan itu tidak sakit.

Semakin kuyakinkan diriku, semakin jelas tertampak bahwa ia hampir tak pernah lagi menunjukkan cintanya padaku.

“Dunia kita berbeda,” katanya dengan mantap.

Ya, dunia kita memang berbeda.

Dia hidup di dunia sempurna yang dipenuhi kawan-kawan sempurna yang menyenangkan.

Sementara,

aku hidup di dunia yang dipenuhi bayang-bayangnya.

Tidakkah kau mengerti, Kawan, seberapa tersiksanya aku?

“Kaukah itu yang begitu kejam mendorong diriku ke lautan cinta, lalu setelah aku pandai berenang, kau beranjak dan membiarkan aku karam sendiri?”

Dan tak ada lagi mimpi yang sempat dirajutnya dahulu kala.

Mimpi ketika aku bangun dari lelapku, aku akan menemukan senyum malaikat dan suara indahnya yang mengatakan “selamat pagi” di sampingku.

Atau mimpi saat kami membangunkan dua orang anak kecil yang cantik dan tampan dengan belaian-belaian lembut, ketika tiba masa sekolah.

Aku hanya dapat tersipu waktu itu.

Tak pernah sedikitpun mengira bahwa ia akan dengan semudah ini menguburnya rapat-rapat.

“When we were together, I anoided falling asleep because I knew I would miss you. Now I’m afraid of waking up, because I can only see you in my dream.”

Jadi jangan pernah memintaku untuk berpikir realistis!

Otakku sudah terlalu padat dengan sesuatu yang irrasional tentang dirinya.

Persetan dengan orang-orang yang akan mengataiku bodoh, gila, atau pemimpi!

Ya, aku memang bodoh, gila, dan pemimpi.

Dan salahkan juga laki-laki yang telah memabukkanku dengan mimpi-mimpi kosongnya.

Salahkan dia yang telah mempropaganda seluruh pertahananku,

membuat intuisiku selalu berjalan dengan sendirinya.

Terkutuk dengan mimpi-mimpi indah yang kini tak lebih dari sebatas spektrum ilusi tak berguna itu!

Hancurkan saja mimpi sampah itu dan berpikir realistis!

Bukan begitu, Kawan?

Dan realitanya adalah, dia semakin jauh dari waktu ke waktu.

Masih haruskah aku berpikir realistis?








by : Della Annissa Permatasari
Cianjur, 2 Februari 2012 (saat pelajaran Matematika)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Angry Birds