Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net
Ogenki desu ka ?

Ni Hao!


Hi! Ogenki desu ka? Ismi Della. Douzo yoroshiku onegaishimasu!

This is my blog. Absolutely, you know that! Sesuai judulnya, blog ini hanya sebagian dari keisengan saya dalam memanfaatkan waktu senggang. Silahkan jelajahi, atau klik tanda "X" di pojok kanan atas, terserah Anda!
Hope you like this! And if you don't, just leave this page, then don't give me a flame!

Fine, no more talking! Just enjoy yourself!

Naruto,Naruto vs Sasuke,Sasuke,Gif

HUJAN

Sayangku, hujan banyak turun di bulan ini. Jatuh butir demi butir dan menghantam tanah bumi dengan lembut. Aku suka memandang hujan. Seperti kali ini, saat-saat kusaksikan air bening itu meluruh dari langit.

Sayang, hujan itu indah. Bagiku hujan tak pernah kehilangan keromantisannya meskipun ia bisa mengakibatkan banjir, meskipun ia penyebab tsunami. Melihat guratannya yang putih bening, yang jatuh berhamburan dari langit, aku selalu ingat binar bola matamu. Mata yang tajam namun tak pernah kehilangan pesonanya. Hingga aku selalu terhipnotis dan terperosok ke dalam dimensi yang indah ketika aku menatap mata itu.

Sayang, hujan itu melodi. Ia begitu indah ketika jatuh menderas dan menerpa bumi. Aku suka suara gemericik hujan. Indah. Seperti suaramu yang mengalun cantik di telingaku, menciptakan simfoni yang paling mendamaikan. Suara saat kau membisikkan kata-kata cinta, dan ketenangan kala aku merasa resah.

Sayang, aku cinta hujan. Hujan mengingatkanku ketika kita berlari menerobosnya dan kau genggam tanganku. Hujan memutar seluruh video kenangan saat kita bersama. Harmoni yang takkan pernah digantikan dengan seluruh alam semesta sekalipun.

Aku suka hujan, Sayangku. Karena ketika aku menatap langit yang menumpahkannya, aku melihat siluet wajah dan senyummu di atas sana. Senyum yang selalu menjadi menu utama dalam proses kerja otakku. Senyum yang senantiasa aku rindukan. Seperti sekarang, saat-saat kurindukan senyummu yang meneduhkan itu.

Sayang, hujan itu hangat. Karena ketika aku kedinginan akibatnya, kau akan menghangatkanku dengan rengkuhmu, dengan cinta dan kasih sayangmu. Dan aku akan jatuh tertidur di atas pangkuanmu, dengan belaian-belaian berlumurkan sayangmu di atas kepalaku.

Hujan itu memesona, Sayangku. Karena manakala hujan turun, aku rasakan wangi tanah yang meruap dari kedalaman. Memberikan rasa damai, memberikan segenggam harapan yang sempat porak poranda. Seperti aroma tubuhmu, yang akan selalu menenangkanku kala kucium.

Sayang, hujan itu baik. Dia selalu menjadi kawan berbagi keluh kesahku saat kau tak lagi di sisiku. Meski tak kulisankan, namun ia akan paham dengan segenap hal yang aku rasakan. Hujan akan menderas kala kesedihan merambas, hujan akan meneduh kala keterpurukan merubuh. Dan tatkala hujan berhenti, kulihat pelangi dengan tujuh warnanya yang memikat menghiasi langit terbuka.

Dan aku cinta hujan, Sayangku. Cinta yang begitu besar. Seperti cintaku untukmu yang tak akan pernah melonggar meski waktu telah merenggut usiaku, meski bumi telah merenggut tubuhku.

Cintaku, dengar, jika hujan itu adalah seorang manusia, aku akan berterima kasih padanya. Karena ia yang menemaniku saat aku menangis sebab merindukanmu, karena ia yang menghiburku saat aku terjatuh sebab kau pergi dari sisiku. Aku cinta hujan, Sayang, seperti aku mencintai hatimu.

Sudah lama, aku menyulam khayalan pada tirai hujan
menata wajahmu di sana serupa puzzle,
sekeping demi sekeping, dengan perekat kenangan di tiap sisinya
lalu saat semuanya menjelma sempurna
kubingkai lukisan parasmu itu dalam setiap leleh rindu
yang kupelihara di sudut hati dengan rasa masygul
dari musim ke musim

“Cinta selalu memendam rahasia dan misterinya sendiri,
pada langit, pada hujan,” katamu lirih terbata-bata.
Dan seketika, linangan air matamu menjelma
bagai deras aliran sungai yang menghanyutkanku jauh ke hulu
di mana setiap harapan kita karam di sana

Sudah lama, aku memindai sosokmu pada derai gerimis
memastikan setiap serpih mimpiku untuk bersama
membangun surga di telapak kakimu dapat menjadi nyata
tapi selalu, semuanya segera berlalu
dan sirna bersama desir angin di beranda

“Percayalah, aku ada di nadimu seperti kamu ada di darahku,” bisikmu pelan ketika bayangmu, perlahan memudar di balik rinai hujan..

(Amril Taufik Gobel : “Hujan Membawa Bayangmu Pergi”)







by : Della Annissa Permatasari
Cianjur, 23 Maret 2012

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Angry Birds